UKEL TEKUK
1. Pengertian
Sanggul Ukel Tekuk dalah sanggul yang digunakan oleh masyarakat dalam lingkungan keraton Ngayogyadiningrat,
dimulai dari permaisuri, selir, putri-putri raja dan para inang pengasuh
(emban).yang menjadi pembeda dalam penggunaannya adalah ragam accessories serta
pakaian yang dikenakan. Kaum wanita yang menggunakan sanggul ini menandakan
bahwa ia telah lepas dari dunia anak-anak dan mulai menginjak masa dewasa. Hal
ini juga berlambang bahwa gadis itu bagaikan bunga yang sedang mekar dan harum semerbak. Seorang gadis dewasa harus sanggup
memikul tugas dan tanggung jawabnya dan dianggap telah layak menjadi seorang
ibu rumah tangga.
Cara penggunaannya
disesuaikan dengan usia dan keperluan. Perbedaan ini terlihat dari kelengkapan
perhiasan dan pakaian yang dikenakan, antara lain sebagai berikut:
a) Putri remaja
Putri yang berusia 11-15 tahun (sesudah haid) akan menggunakan:
§ Memakai ukel tekuk dengan hiasan peniti ceplok ditengah dan peniti
renteng di kanan dan kiri sanggul.
§ Memakai kain garis miring dengan model tanpa baju (pinjung
kencong). Sanggul dipakai waktu menhadap
raja pada hari ulang tahun raja (wiosan).
b) Putri dewasa
§ Memakai ukel tekuk dengan hiasan sebagaimana pada putrid remaja.
§ Memakai kain dengan semekan.
§ Memakai kebaya pendek tanpa bef.
§ Memakainya sebagai pakaian sehari-hari dalam keraton.
§ Memakai kain seredan. Putri yang sudah menikah.
§ Memakai ukel tekuk dengan hiasan pethat emas dan bunga ceplok jebehan.
§ Memakai kain batik wiron.
§ Memakai kebaya beludru/sutra panjang dengan pelisir pita emas dan
memakai peniti susun tiga.
§ Sanggul ini dipakai pengiring raja ketika menghadiri resepsi diluar
keraton.
c) Inang pengasuh
§ Memakai ukel tekuk tanpa hiasan.
§ Memakai kain batik tanpa wiron dan memakai semekan.
§ Tidak memakai baju.
§ Memakai sampir barong dan wedung atau paturon barong.
2.
Makna sanggul
Dalam
uraian terdahulu telah dijelaskan penggunaan sanggul menurut umur dan
keperluan. Kaum wanita yang memakai sanggul sekarang menandakan bahwa ia telah
lepas dari dunia remaja dan mulai menginjak masa kedewasaannya. Hal ini juga
merupakan perlambang bahwa gadis itu bagaikan bunga yang sedang mekar dan harum
semerbak. Seorang gadis dewasa harus sanggup memikul tugas dan tanggung
jawabnya yang berarti ia sudah layak menjadi ibu rumah tangga.
3. Aksesoris
ü
Bentuk aksesoris untuk putri remaja
adalah:
1.Mengenakan Peniti Ceplok di tengah
sanggul, serta peniti
pada bagian sisi kiri dan kanan rambut.
pada bagian sisi kiri dan kanan rambut.
2. Mengenakan
kain garis miring dengan model tanpa baju
3. Sanggul ini dikenakan di hari ulang tahun raja
(wiosan)
ü
Bentuk aksesoris untuk putri dewasa (gadis)
adalah :
1.Mengenakan Peniti Ceplok di tengah sanggul, serta
peniti
renteng pada bagian sisi kiri dan kanan rambut.
renteng pada bagian sisi kiri dan kanan rambut.
2.Menggenakan kain dengan semekan, mengenakan kebaya
tanpa bef.
tanpa bef.
3. Dipakai sehari-hari.
ü
Bentuk aksesoris untuk putri dewasa
yang telah menikah adalah :
1.Ukel tekuk dengan hiasan pethat emas dan bunga
ceplok jebehan
2.Mengenakan kain batik wiron seredan, memakai kebaya
beludru
atau sutra panjang dengan pelisir pita emas dan memakai peniti
susun emas
atau sutra panjang dengan pelisir pita emas dan memakai peniti
susun emas
3. Sanggul ini dikenakan pada saat mengiringi raja
ketika
menghadiri resepsi diluar keraton.
menghadiri resepsi diluar keraton.
ü
Untuk inang pengasuh adalah :
1. Memakai ukel tanpa hiasan.
2. Memakai kain batik tanpa wiron dan memakai semekan,
tidak
mengenakan baju, mengenakan sampir barong dan wedung atau
paturon barong.
mengenakan baju, mengenakan sampir barong dan wedung atau
paturon barong.
Aksesoris yang lebih umum digunakan adalah menggunakan
Ceplok Jebehan yang terdiri dari:
1.
Ceplok, digunakan pada tengah
sanggul bagian atas
2.
Dua tangkai Bunga Jebehan yang
menjuntai kebawah, dipasang pada bagian kiri dan kanan sanggul.
3.
Pethat bentuk Gunung, dipasangkan
pada bagian atas sanggul (diantara sanggul dang sunggaran)
4. Peralatan yang
digunakan
a)
Sisir (sisir yang
salah satu ujungnya melengkung untuk keperluan membuat sunggar).
b)
Minyak rambut.
c) Cemara 100-125 cm.
d) Jepitan dan harnal
e) Hairnet yang terbuat dari bahan nilon.
f) Karet pengikat rambut.
5. Cara membentuk sunggaran
a)
Rambut pada kedua sisi (diatas
telinga) disisir kearah atas dan tengah. Setelah rapi rambut diikat menjadi
satu dibagian tengah belakang kepala.
b)
Setelah rambut diikat, sedikit
dilonggarkan pada kedua sisi untuk mendapatkan bentuk sunggar yang dimaksud.
Bantuan ibu jari dan keempat jari yang lain menjepit rambut pada rambut dikedua
sisi dilakukan, dengan menarik keluar sedikit, tanpa dipaksakan.
6. Cara membuat sanggul
a) Ikatan rambut yang sudah disatukan mulai dibentuk
menjadi sanggul.
b) Pertama kali adalah pembuatan lingkaran pertama pada
sebelah kiri.
c) Arah rambut menjuntai ke bawah, tepat pada garis
pertumbuhan rambut, arahkan rambut ke bagian atas, membuat setengah lingkaran,
menuju ikatan rambut.
d) Sampai pada gerakan ini sudah terlihat satu buah
lingkaran pada sebelah kiri.
e) Posisikan rambut untuk membuat lingkaran sebelah kanan
dengan cara membawa rambut tersebut ke batas pertumbuhan rambut disebelah
kanan.
f) Arahkan ujung rambut ke bagian tengah sanggul ke arah
kanan, lalu menuju ke atas, ke tempat ikatan rambut. Ujung rambut diikatkan
pada pangkal ikatan dan dikencangkan dengan menggunakan jepit rambut.
g) Bagian lingkaran kedua dibalik arahnya, sehingga
posisi bagian atas sanggul menjadi satu.
h) Ambil lungsen yang sudah dipersiapkan untuk diikatkan
tepat ditengah sanggul sebagai penguat sanggul.
Tampak depan.
Tampak samping
Tampak belakang
Sanggul daerah Jawa
Tengah (Ukel Konde)
1. Asal-usul dan sejarah sanggul
Sanggul tradisional ukel konde ini sudah
umum dipakai oleh para gadis dan orang dewasa. Pada zaman dahulu bentuk sanggul
ini kecil dan tempatnya agak di atas kepala. Rambut kaum wanita pada zaman dahulu
selalu panjang dan pada waktu mereka akan pergi mandi atau berpergian rambutnya
selalut dikonde. Letaknya disebelah atas atau bagian puncak kepala dan
bentuknya kecil bulat menonjol.
Pada zaman Pakubuwono X, hampir semua segi
kebudayaan mencapai titik kesempurnaan, termasuk seni tata rias rambut. Oleh karena
itu, bentuk sanggul tradisional ini pun semakin disempurnakan sehingga
bentuknya ada yang lebih besar, berbentuk bulat telur (lonjong), atau gepeng
(pipih). Tempatnya tidak lagi dibagian atas kepala, tetapi agak ke bawah dan
dilengkapi dengan sunggar pada kanan dan kiri kepala di atas telinga, supaya
kelihatan lebih luwes.
2. Macam-macam sanggul
a)
Ukel Ageng Bangun
Tulak
Sanggul resmi atau sanggul kebesaran ini
bentuknya memanjang seperti kupu-kupu tarung. Menurut kepercayaan suku Jawa,
kupu-kupu yang hinggap dirambut, terutama kupu-kupu kuning, merupakan
perlambang bahwa rezeki dan kebahagiaan akan datang. Untuk itu cara penggunaan sanggul:
§ Bagi putra-putri remaja, ukel ageng dipakai dengan pandan.
§ Bagi umum, ukel ageng dipakai dengan pandan dan dicampur dengan bunga
mawar serta kenanga.
§ Bagi putra-putri yang sudah bersuami, ukel ageng dipakai dengan bunga
mawar tulak melati.
Ukel Ageng Bangun Tulak cocok dipakai sehari-hari, pada situasi resmi, dan
pada dodotan kebesaran.
b)
Sanggul Bokor Mengkurep
Sanggul ini
berbentuk bokor yang menelungkup dan biasanya dipakai oleh pengantin.
c)
Ukel konde
Sanggul ini termasuk sanggul yang sering
dipakai acara resmi di Indonesia sekarang. Ukel ageng ini merupakan sanggul
tradisional yang tetap digemari sampai sekarang.
3. Cara membentuk
sanggul
Sanggul tradisional ini
memerlukan rambut yang panjang dan untuk rambut yang tidak panjang memerlukan
cemara. Agar sanggul berhasil dengan baik maka peralatan yang diperlukan
adalah:
a.
Sisir
b.
Minyak rambut
c.
Jepitan dan harnal
d.
Hairnet yang
terbuat dari bahan nilon
e.
Karet pengikat
rambut.
Sebelum
sanggul dibentuk, rambut harus diberi minyak agar mudah diatur. Pada waktu
membuat sunggar, pertama-tama rambut yang berada di kanan-kiri kepala (diatas
telinga) dinaikkan keatas kemudian dijepit. Rambut yang telah dinaikkan di
kanan-kiri kepala itu ditarik dengan ibu jari atau dengan sisir lengkung hingga
rambut berbentuk lengkung atau berupa sunggar.
Selanjutnya,
rambut dsisir kebelakang dan disatukan dengan cara mengikatnya dengan karet dan
tingginya 5 jari tangan kita (diukur dari guide line). Kemudian, cemara
diikatkan pada rambut yang telah diikat dengan karet itu (letak rambut di atas
cemara). Rambut dan cemara disisir rapi, diberi minyak rambut dan agak
dipelintir sampai kira-kira tiga perempat dari panjang cemara. Dengan tangan
kiri, di bentuk lingkaran pada tempat ujung rambut itu diputarkan, agar karet
itu tertutup. Lingkaran yang ditangan kiri digeser ketengah hingga membentuk
ukel konde yang diinginkan.
4. Hiasan sanggul
a.
Ukel konde
mempunyai 2 hiasan tusuk konde yang terbuat dari kulit penyu. Tusuk konde itu
diletakkan pada kanan kiri sanggul. Di tengah-tengah sanggul bagian atas itu
diletakkan hiasan penetep (tusuk kecil).
Pada
sanggul orang dewasa kalangan bangsawan dapat dipakai cunduk bunga hidup,
biasanya berupa bunga melati, di atas sanggul sebelah kiri. Cunduk yang
diletakkan di atas sanggul sebelah kanan, biasanya dipakai oleh penari atau
pesinden. Pada sanggul wanita yang masih gadis tidak boleh dipakai cunduk bunga
hidup.
b.
Ukel konde selalu
dipakai atau diserasikan dengan kebaya pendek, kain wiron dan selendang juga
dipakai pemanis penampilan keseluruhan.
Tampak depan
Tampak samping
Tampak belakang
Casinos Near Casinos Near Casinos Near Casinos - Mapyro
BalasHapusFind the closest casinos 광양 출장샵 to 김제 출장안마 you, 영주 출장안마 ranked by number of rooms, 청주 출장샵 restaurants, and other things to do near Casinos, near casinos and locals attractions. 춘천 출장안마