Sabtu, 04 Januari 2014

Sanggul Tradisional


UKEL TEKUK

1.      Pengertian
Sanggul Ukel Tekuk dalah sanggul yang digunakan oleh masyarakat dalam lingkungan keraton  Ngayogyadiningrat, dimulai dari permaisuri, selir, putri-putri raja dan para inang pengasuh (emban).yang menjadi pembeda dalam penggunaannya adalah ragam accessories serta pakaian yang dikenakan. Kaum wanita yang menggunakan sanggul ini menandakan bahwa ia telah lepas dari dunia anak-anak dan mulai menginjak masa dewasa. Hal ini juga berlambang bahwa gadis itu bagaikan bunga yang sedang mekar dan harum semerbak. Seorang gadis dewasa harus sanggup memikul tugas dan tanggung jawabnya dan dianggap telah layak menjadi seorang ibu rumah tangga.
Cara penggunaannya disesuaikan dengan usia dan keperluan. Perbedaan ini terlihat dari kelengkapan perhiasan dan pakaian yang dikenakan, antara lain sebagai berikut:
a) Putri remaja
Putri yang berusia 11-15 tahun (sesudah haid) akan menggunakan:
§  Memakai ukel tekuk dengan hiasan peniti ceplok ditengah dan peniti renteng di kanan dan kiri sanggul.
§  Memakai kain garis miring dengan model tanpa baju (pinjung kencong).  Sanggul dipakai waktu menhadap raja pada hari ulang tahun raja (wiosan).
b) Putri dewasa
§  Memakai ukel tekuk dengan hiasan sebagaimana pada putrid remaja.
§  Memakai kain dengan semekan.
§  Memakai kebaya pendek tanpa bef.
§  Memakainya sebagai pakaian sehari-hari dalam keraton.
§  Memakai kain seredan. Putri yang sudah menikah.
§  Memakai ukel tekuk dengan hiasan pethat emas dan bunga ceplok jebehan.
§  Memakai kain batik wiron.
§  Memakai kebaya beludru/sutra panjang dengan pelisir pita emas dan memakai peniti susun tiga.
§  Sanggul ini dipakai pengiring raja ketika menghadiri resepsi diluar keraton.
c) Inang pengasuh
§  Memakai ukel tekuk tanpa hiasan.
§  Memakai kain batik tanpa wiron dan memakai semekan.
§  Tidak memakai baju.
§  Memakai sampir barong dan wedung atau paturon barong.
2.      Makna sanggul
Dalam uraian terdahulu telah dijelaskan penggunaan sanggul menurut umur dan keperluan. Kaum wanita yang memakai sanggul sekarang menandakan bahwa ia telah lepas dari dunia remaja dan mulai menginjak masa kedewasaannya. Hal ini juga merupakan perlambang bahwa gadis itu bagaikan bunga yang sedang mekar dan harum semerbak. Seorang gadis dewasa harus sanggup memikul tugas dan tanggung jawabnya yang berarti ia sudah layak menjadi ibu rumah tangga.
3.      Aksesoris
ü  Bentuk aksesoris untuk putri remaja adalah:
1.Mengenakan Peniti Ceplok di tengah sanggul, serta peniti
      pada bagian sisi kiri dan kanan rambut.
2. Mengenakan kain garis miring dengan model tanpa baju
3. Sanggul ini dikenakan di hari ulang tahun raja (wiosan)
ü  Bentuk aksesoris untuk putri dewasa (gadis) adalah :
1.Mengenakan Peniti Ceplok di tengah sanggul, serta peniti
      renteng pada bagian sisi kiri dan kanan rambut.
2.Menggenakan kain dengan semekan, mengenakan kebaya
      tanpa bef.
3. Dipakai sehari-hari.
ü  Bentuk aksesoris untuk putri dewasa yang telah menikah adalah :
1.Ukel tekuk dengan hiasan pethat emas dan bunga ceplok jebehan
2.Mengenakan kain batik wiron seredan, memakai kebaya beludru
    atau sutra panjang dengan pelisir pita emas dan memakai peniti
    susun emas
3. Sanggul ini dikenakan pada saat mengiringi raja ketika
      menghadiri resepsi diluar keraton.
ü  Untuk inang pengasuh adalah :
1. Memakai ukel tanpa hiasan.
2. Memakai kain batik tanpa wiron dan memakai semekan, tidak
    mengenakan baju, mengenakan sampir barong dan wedung atau
    paturon barong.
Aksesoris yang lebih umum digunakan adalah menggunakan Ceplok Jebehan yang terdiri dari:
1.      Ceplok, digunakan pada tengah sanggul bagian atas
2.      Dua tangkai Bunga Jebehan yang menjuntai kebawah, dipasang pada bagian kiri dan kanan sanggul.
3.      Pethat bentuk Gunung, dipasangkan pada bagian atas sanggul (diantara sanggul dang sunggaran)
4. Peralatan yang digunakan
a)      Sisir (sisir yang salah satu ujungnya melengkung untuk keperluan membuat sunggar).
b)      Minyak rambut.
c)      Cemara 100-125 cm.
d)     Jepitan dan harnal
e)      Hairnet yang terbuat dari bahan nilon.
f)       Karet pengikat rambut.

5. Cara membentuk sunggaran
a)      Rambut pada kedua sisi (diatas telinga) disisir kearah atas dan tengah. Setelah rapi rambut diikat menjadi satu dibagian tengah belakang kepala.
b)      Setelah rambut diikat, sedikit dilonggarkan pada kedua sisi untuk mendapatkan bentuk sunggar yang dimaksud. Bantuan ibu jari dan keempat jari yang lain menjepit rambut pada rambut dikedua sisi dilakukan, dengan menarik keluar sedikit, tanpa dipaksakan.

6. Cara membuat sanggul
a)      Ikatan rambut yang sudah disatukan mulai dibentuk menjadi sanggul.
b)      Pertama kali adalah pembuatan lingkaran pertama pada sebelah kiri.
c)      Arah rambut menjuntai ke bawah, tepat pada garis pertumbuhan rambut, arahkan rambut ke bagian atas, membuat setengah lingkaran, menuju ikatan rambut.
d)     Sampai pada gerakan ini sudah terlihat satu buah lingkaran pada sebelah kiri.
e)      Posisikan rambut untuk membuat lingkaran sebelah kanan dengan cara membawa rambut tersebut ke batas pertumbuhan rambut disebelah kanan.
f)       Arahkan ujung rambut ke bagian tengah sanggul ke arah kanan, lalu menuju ke atas, ke tempat ikatan rambut. Ujung rambut diikatkan pada pangkal ikatan dan dikencangkan dengan menggunakan jepit rambut.
g)      Bagian lingkaran kedua dibalik arahnya, sehingga posisi bagian atas sanggul menjadi satu.
h)      Ambil lungsen yang sudah dipersiapkan untuk diikatkan tepat ditengah sanggul sebagai penguat sanggul.

Tampak depan.

Tampak samping

Tampak belakang

Sanggul daerah Jawa Tengah (Ukel Konde)
1.  Asal-usul dan sejarah sanggul
Sanggul tradisional ukel konde ini sudah umum dipakai oleh para gadis dan orang dewasa. Pada zaman dahulu bentuk sanggul ini kecil dan tempatnya agak di atas kepala. Rambut kaum wanita pada zaman dahulu selalu panjang dan pada waktu mereka akan pergi mandi atau berpergian rambutnya selalut dikonde. Letaknya disebelah atas atau bagian puncak kepala dan bentuknya kecil bulat menonjol.
Pada zaman Pakubuwono X, hampir semua segi kebudayaan mencapai titik kesempurnaan, termasuk seni tata rias rambut. Oleh karena itu, bentuk sanggul tradisional ini pun semakin disempurnakan sehingga bentuknya ada yang lebih besar, berbentuk bulat telur (lonjong), atau gepeng (pipih). Tempatnya tidak lagi dibagian atas kepala, tetapi agak ke bawah dan dilengkapi dengan sunggar pada kanan dan kiri kepala di atas telinga, supaya kelihatan lebih luwes.

2.  Macam-macam sanggul
a)      Ukel Ageng Bangun Tulak
Sanggul resmi atau sanggul kebesaran ini bentuknya memanjang seperti kupu-kupu tarung. Menurut kepercayaan suku Jawa, kupu-kupu yang hinggap dirambut, terutama kupu-kupu kuning, merupakan perlambang bahwa rezeki dan kebahagiaan akan datang. Untuk itu cara penggunaan sanggul:
§  Bagi putra-putri remaja, ukel ageng dipakai dengan pandan.
§  Bagi umum, ukel ageng dipakai dengan pandan dan dicampur dengan bunga mawar serta kenanga.
§  Bagi putra-putri yang sudah bersuami, ukel ageng dipakai dengan bunga mawar tulak melati.
Ukel Ageng Bangun Tulak cocok dipakai sehari-hari, pada situasi resmi, dan pada dodotan kebesaran.
b)      Sanggul Bokor  Mengkurep
Sanggul ini berbentuk bokor yang menelungkup dan biasanya dipakai oleh pengantin.


c)      Ukel konde
Sanggul ini termasuk sanggul yang sering dipakai acara resmi di Indonesia sekarang. Ukel ageng ini merupakan sanggul tradisional yang tetap digemari sampai sekarang.

3. Cara membentuk sanggul
            Sanggul tradisional ini memerlukan rambut yang panjang dan untuk rambut yang tidak panjang memerlukan cemara. Agar sanggul berhasil dengan baik maka peralatan yang diperlukan adalah:
a.       Sisir
b.      Minyak rambut
c.       Jepitan dan harnal
d.      Hairnet yang terbuat dari bahan nilon
e.       Karet pengikat rambut.

Sebelum sanggul dibentuk, rambut harus diberi minyak agar mudah diatur. Pada waktu membuat sunggar, pertama-tama rambut yang berada di kanan-kiri kepala (diatas telinga) dinaikkan keatas kemudian dijepit. Rambut yang telah dinaikkan di kanan-kiri kepala itu ditarik dengan ibu jari atau dengan sisir lengkung hingga rambut berbentuk lengkung atau berupa sunggar.
Selanjutnya, rambut dsisir kebelakang dan disatukan dengan cara mengikatnya dengan karet dan tingginya 5 jari tangan kita (diukur dari guide line). Kemudian, cemara diikatkan pada rambut yang telah diikat dengan karet itu (letak rambut di atas cemara). Rambut dan cemara disisir rapi, diberi minyak rambut dan agak dipelintir sampai kira-kira tiga perempat dari panjang cemara. Dengan tangan kiri, di bentuk lingkaran pada tempat ujung rambut itu diputarkan, agar karet itu tertutup. Lingkaran yang ditangan kiri digeser ketengah hingga membentuk ukel konde yang diinginkan.

4. Hiasan sanggul
a.       Ukel konde mempunyai 2 hiasan tusuk konde yang terbuat dari kulit penyu. Tusuk konde itu diletakkan pada kanan kiri sanggul. Di tengah-tengah sanggul bagian atas itu diletakkan hiasan penetep (tusuk kecil).
Pada sanggul orang dewasa kalangan bangsawan dapat dipakai cunduk bunga hidup, biasanya berupa bunga melati, di atas sanggul sebelah kiri. Cunduk yang diletakkan di atas sanggul sebelah kanan, biasanya dipakai oleh penari atau pesinden. Pada sanggul wanita yang masih gadis tidak boleh dipakai cunduk bunga hidup.
b.      Ukel konde selalu dipakai atau diserasikan dengan kebaya pendek, kain wiron dan selendang juga dipakai pemanis penampilan keseluruhan.

Tampak depan
Tampak samping

Tampak belakang


1 komentar:

  1. Casinos Near Casinos Near Casinos Near Casinos - Mapyro
    Find the closest casinos 광양 출장샵 to 김제 출장안마 you, 영주 출장안마 ranked by number of rooms, 청주 출장샵 restaurants, and other things to do near Casinos, near casinos and locals attractions. 춘천 출장안마

    BalasHapus